MOVIE REVIEW & SINOPSIS: Sharp Objects (HBO Mini Series)

Sharp Objects

Jika Anda suka film bergaya psychological thriller pasti sudah tidak asing dengan film Gone Girl. Film yang dibintangi Rosamund Pike dan Ben Affleck tersebut diadaptasi dari novel best seller karya Gillian Flynn yang terbit 2012 lalu. Ternyata, 6 tahun sebelum Gone Girl menghipnotis para pembaca, Gillian Flynn sudah lebih dulu menerbitkan buku berjudul Sharp Objects.


Dengan judul yang sama, Sharp Objects digarap menjadi sebuah tv series keluaran HBO dengan episode pertamanya pada Juli 2018 dan berakhir Agustus 2018. Berbeda dengan Gone Girl yang dikemas menjadi sebuah film layar lebar, penggemar karya Gillian Flynn dapat menikmati visualisasi Sharp Objects yang dibagi dalam 8 episode.

Sharp Objects bercerita tentang Camilla Preaker (Amy Adams. P.S: she's so amazing!), seorang reporter khusus kriminal yang memiliki gangguan mental dan kecanduan alkohol. Mentalnya yang tidak stabil membuatnya cenderung menyakiti dirinya sendiri dengan benda-benda tajam. Self harming tersebut membawanya untuk dirawat di rumah sakit kejiwaan.

Nampaknya, Gillian Flynn amat mahir membangun karakter perempuan..  let's say, sakit jiwa problematic?

Oh, ya. 
Perlu diingat juga series ini menurut saya 18+ ya, karena terdapat adegan-adegan explicit dan violence.

Setelah keluar dari perawatannya tersebut, ia ditugaskan oleh editornya untuk meliput insiden menghilangnya dua gadis muda di sebuah kota kecil, Wind Gap, Missouri. Salah satu gadis tersebut ditemukan terbunuh, sementara yang lainnya masih dalam pencarian.

Wind Gap merupakan kampung halaman Camilla. Camilla awalnya menolak habis-habisan tugas dari atasannya tersebut. Terdapat hal yang membuatnya enggan kembali ke sana selama bertahun-tahun lamanya. Trauma.

Sesampainya di Wind Gap, banyak warga yang mengenali Camilla di sana bahkan anak-anak remaja.  Ia kemudian menemui seorang detektif yang menyelidiki kasus pembunuhan ini, Richard Wills, dan Kepala Polisi Vickery.

Camilla cukup dikenal di sana karena ibunya, Adora, bisa dibilang merupakan orang 'tersohor' di kota kecil tersebut. Penugasannya di Wind Gap pun membuatnya 'terpaksa' menemui kembali ibunya, ayah tirinya Alan Crellin dan adik tirinya Amma yang berusia 15 tahun.


SLIGHT SPOILER WARNING! 



Menginjakkan kaki di kota kecil nan suram itu mengiringnya kembali membuka trauma masa kecilnya. Trauma yang membentuknya menjadi seorang alcoholic dan gemar 'mengukir' tubuhnya dengan benda tajam. Ya, tubuh Camilla penuh dengan kata-kata yang ia 'ukir' menggunakan benda tajam. Itulah mengapa, jika Anda perhatikan, Camilla selalu memakai pakaian tertutup.

Dari awal episode ini (bagi yang belum pernah baca bukunya) penonton akan dibuat penasaran dengan potongan-potongan scene yang menampilkan dua gadis kecil. Saya kira awalnya itu merupakan gambaran dari dua gadis kecil yang menghilang di Wind Gap. Namun, kemudian diketahui bahwa visualisasi itu muncul dari ingatan Camilla bersama adiknya, yang sudah lama meninggal, Marian.

Masa Lalu Camilla Preaker

Sebelum Amma lahir, Camilla memiliki adik perempuan bernama Marian. Camilla menyayangi adiknya tersebut, begitu juga Adora, yang nampaknya lebih menyayangi Marian dibandingkan putri pertamanya. 

Adora merupakan tipe ibu yang dingin dan sinis. Karakter Adora tersebut membuat Camilla tak akrab dengan ibunya, ditambah lagi ketika Marian meninggal. Tampak pada film, Adora amat terpukul dengan kepergian putri kesayangannya. Meskipun begitu, ia tetap saja tidak 'peduli' dengan Camilla.

Ya, "peduli" dengan tanda kutip. You will know why.

Adora kemudian memiliki seorang putri lagi, yaitu Amma. Dalam salah satu episode, terdapat scene yang menampilkan Camilla diam-diam memperhatikan Adora yang menimang-nimang bayinya. Hal yang dikatakan Adora selanjutnya cukup bikin bergidik.

"Tuhan memberiku bayi yang sakit lagi",  katanya.

Di episode-episode akhir, penonton akan mengetahui ada apa sebenarnya dengan Adora (atau Amma?)

Amma dan Rahasianya

Amma
Tak hanya kasus pembunuhan ini saja yang cukup janggal. Camilla dihadapkan pula dengan kelakuan adik tirinya yang sukses membuat penonton bertanya-tanya.

Amma yang beranjak remaja tampak 'gaul' dan memiliki 'geng' di kota kecil tersebut. Pertemuan Amma dan Camilla di sana juga tidak disengaja dan tampaknya Camilla pada awalnya tak mengenali adik tirinya itu.

Tinggal di rumah sang ibu selama beberapa hari di sana, membuat ikatan persaudaraan Camilla dan Amma semakin erat. Semakin dekat Amma dengan Camilla, semakin Anda bisa menelaah ada yang tidak biasa darinya.

Di rumah, Amma berpenampilan layaknya gadis manis, menggunakan kardigan, dress, dan bersikap baik. Di luar, bersama teman-temannya yang gemar bermain sepatu roda, ia gemar mengenakan hotpants dan baju yang terbuka. Tak hanya gaya berpakaian, karakter Amma juga berubah jika tidak berada di rumah, katakanlah menjadi 'rebel'. Perbedaan karakter Amma tersebut pun sempat menjadi perhatian Camilla.

Personal Opinion

First impression nonton Sharp Objects: bingung. Saya nemu series ini dari list rekomendasi film misteri oleh salah satu influencer di Instagram. Waktu searching tentang Sharp Objects, muncul banyak banget artikel yang bilang kalau plot twist nya top abis. Dan bagi mereka yang sudah baca bukunya pun meng-approved kalo adaptasi ini memang bagus!

Pas nonton episode-episode awal Sharp Objects jujur sih sempat bingung karena filmnya ini tanpa narasi yang menceritakan background kisahnya (ngerti gak maksudnya...). Jadi, penonton benar-benar diiring untuk memperhatikan filmnya dan tau sendiri apa yang terjadi sebenarnya.

Sempat mau menyerah di 3 episode pertama karena clue yang saya dapat tidak banyak haha. Tapi, justru itu serunya! Lama-lama malah bikin penasaran dan banyak scene yang intense, jadi membuat saya berpikir dan menganalisis tentang plot keseluruhannya.

Sinematografi Sharp Objects ini juga sangat menghipnotis penonton. Benar-benar membawa suasana mencekam dan suram dari segi angle pengambilan gambar dan coloring. Bahkan di adegan-adegan yang menyisipkan tawa atau menunjukkan 'kebahagiaan' pun masih terasa atmosfir mencekamnya.

Standing ovation juga untuk para pemainnya, dan Amy Adams really nailed it! Mengingat dia sebagai princess yang ceria dan lembut di film Enchanted lalu menyaksikannya sebagai jurnalis wanita yang problematic itu.. wah banget! Patricia Clarkson sebagai Adora sang Ibu yang dingin dan sinis juga mampu membawakannya dengan sempurna, just like no flaws on her acts!

Gak kalah salut sama pemain Amma, yaitu Eliza Scanlen. Eliza Scanlen ini benar-benar aktris baru, lho! Peran terbesarnya dia ya di Sharp Objects ini, sebagai salah satu pemeran utama. Untuk memainkan karakter Amma ini pun sangat tricky menurut saya. Amma sendiri ini punya karakter yang berubah-ubah, creepy, gaul, tapi sebenarnya dia pun 'tersiksa', dan Eliza sukses memerankan Amma dengan sangat baik.

I highly recommend this series for those who are really into genre mystery, suspense, psychological-thriller. You will enjoy the series in every second of each episodes and it will blow your mind like crazy.

Rate from me: 9,8/10!

Komentar

Postingan populer dari blog ini