Fenomena Hoax

image source: Google.com

          Di zaman milenium ini kehidupan dunia begitu erat dengan peran internet, jaringan global yang menerobos segala batasan waktu dan jarak di seluruh belahan bumi. Jika dahulu masyarakat harus menunggu surat kabar untuk mendapatkan sebuah informasi, kini berita apapun dapat diakses dengan mudah, tanpa mengenal waktu.

        Ya, internet memegang peran yang amat besar dalam penyebaran informasi apapun. Informasi yang didapat tidak hanya berasal dari website media online resmi namun juga bisa diserap dari media sosial. Tidak harus menjadi seorang wartawan bersertifikasi, masyarakat dari segala lapisan dapat saling mengirimkan dan menyebarkan segala informasi lewat media sosial. 

     Memang benar, transparansi akses informasi dengan mudah kini semakin terbuka lebar namun ternyata tidak segala “kemudahan” memiliki nilai yang positif. Dengan kemudahan penyebaran informasi tersebut memungkinkan beredarnya banyak informasi yang dipertanyakan kebenarannya bahkan yang tidak jelas sekalipun.

    Informasi palsu atau informasi yang tidak benar yang beredar media ini seringkali kita sebut dengan hoax. Akibat dari penyebaran hoax ini tidak dapat disepelekan. Satu berita hoax yang beredar dapat memicu suatu konflik, perpecahan antar sesama, sampai menelan nyawa manusia yang tak bersalah. Salah satu kasus korban berita hoax yaitu seorang wanita di Tanah Tinggi, Benteng, Kota Tangerang, Banten, pada 19 Maret 2017.

      Ira, demikian nama beliau, menjadi sasaran warga yang menduganya sebagai seorang penculik anak-anak. Dilansir dari detik.com, Kapolsek Tangerang Kompol Ewo Samono menjelaskan bahwa Ira yang memiliki kejiwaan yang kurang sehat atau stress bermaksud untuk mencari keberadaan adiknya di Tanah Tinggi. Ia terlihat linglung dan tidak mengingat di mana posisinya berada, lalu ada warga yang melihat dan mewaspadainya sebagai seorang penculik sehingga kemudian diamankan Pak RT. Beruntung, Ira belum sempat dihakimi warga yang telah termakan oleh informasi hoax tersebut.

    Tidak seberuntung Ira, insiden hoax yang serupa juga terjadi di Cilegon. Maraknya berita hoax memicu warga berbondong-bondong menghakimi seorang pria yang berpakaian tidak layak di Kracak, Ciwandan, 18 Maret 2017, pukul 21.30 WIB. Sungguh nahas, pria tersebut tewas setelah dihajar massa secara tiba-tiba. 


image source: detik.com

       Dilihat dari barang bukti yang ditemukan di tasnya, polisi menduga bahwa pria malang tersebut adalah seorang tunawisma atau memiliki gangguan kejiwaan. Kabagpenum Divisi Humas Polri Kombes Martinus Sitompul mengatakan bahwa pihak kepolisian akan segera mengusut penyebar informasi hoax yang mengatakan bahwa berpura-pura menjadi orang gila merupakan modus baru penculikan anak. Kasus korban penganiayaan akibat beredarnya informasi hoax lainnya juga terjadi di beberapa daerah, antara lain Banten, Depok, Cirebon, Madura, Banjarnegara, dan Surabaya.

     Selain insiden yang terpapar di atas, tak jarang berita hoax mencakup ranah dunia politik dan ekonomi. Persaingan global dalam media membuat orang-orang berlomba menyebarkan berita untuk mendapat keuntungan. Tidak peduli lagi pada kebenaran atau keabsahan informasi tersebut. Tidak peduli lagi dampak yang disebabkan yang bisa merugikan masyarakat luas. Banyak berita yang diolah sedemikian rupa hingga menyerupai berita asli hanya untuk menarik pembaca atau sebagai click bait.
    Tanpa disadari manusia termakan ego sendiri, menghalalkan berbagai cara untuk mendapat keuntungan atau untuk sekadar memuaskan “keisengannya” dalam menyebarkan berita yang tidak benar. Selera humor dan candaan seringkali dijadikan dalih tanpa mengetahui dampak buruk yang akan terjadi ke depannya. Tidak perlu lebih banyak lagi kisah insiden miris lainnya, hal ini sudah cukup membuat kita sadar bahwa akibat dari si penyakit media ini tidak main-main. Berita yang keliru dapat membawa dampak yang begitu mengerikan..

     Pemerintah diharapkan mulai serius dalam menangani maraknya berita hoax ini. Ancaman pidana UU ITE dirasa masih kurang efisien karena kini penyebaran berita hoax sangatlah luas. Pemerintah dapat bertindak sebagai verifikator untuk mengklarifikasi segala bentuk berita hoax yang menyerang baik lewat jalur konvensional, media sosial, maupun website resmi.

    Sebagai pengguna media online dan media sosial, masyarakat juga harus pandai-pandai menyeleksi informasi yang diterima. Jika khalayak terus menerus memakan berita secara mentah-mentah tanpa ditelusuri lagi kebenarannya, maka berita hoax akan semakin sulit dikendalikan, mengingat betapa mudahnya pengaksesan baik dalam menyebar maupun menerima berita. Oleh karena itu pemerintah dan masyarakat diharapkan dapat bekerja sama dalam memerangi fenomena hoax ini .












Komentar

  1. Wahaha itulah masyarakat mudah percaya tanpa bukti yang tepat

    BalasHapus
    Balasan
    1. dan kurang inisiatif mencari informasi yang valid. terima kasih sudah baca :D

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Skincare Review: Emina Moist in a Bottle (Moisturizer)