Tik Tok

       
image source : pinterest.com


           “Erdy, jangan asal sembarang beli barang bekas.” tegur Ryan padaku, ketika aku sedang melihat-lihat barang second di salah satu situs belanja online. “Iya iya.” sautku sekenanya. “Gue serius, Dy.” kata Ryan dengan nada suara yang memang terdengar serius. “Iya, santai saja, gue juga milih-milih kok. Kenapa memangnya?” kataku sambil terus menatap layar laptop. Lalu menit seterusnya, Ryan menjawab pertanyaanku dengan sebuah kisah pengalamannya.

            Beberapa bulan yang lalu, Ryan membeli sebuah jam wekker untuk adik perempuannya. Jam wekker itu ia beli di salah satu toko yang sedang membuka cuci gudang barang-barang bekas. Bentuknya lucu dan belum terlihat usang, kardusnyapun juga masih ada. Ryan membeli jam wekker dengan harga yang murah.

           “Mba, saya beli yang ini ya.” ucap Ryan sambil menyodorkan sejumlah uang sesuai harga yang tertera, kepada seorang perempuan yang merupakan anak dari si pemilik toko, Rina namanya. “Oh.. sebentar, Mas.” Rina mengambil uangnya lalu menghampiri seorang pria pemilik toko tersebut, ayahnya, dan berbicara dengan berbisik. Ryan menunggunya tanpa curiga, yang ia lihat saat itu adalah Rina sesekali menunjuk jam wekker tersebut saat sedang berbicara dengan sang ayah. Tak lama kemudian, pria itu menghampiri “Ini ya kembaliannya. Terimakasih sudah membeli.” kata pria itu ramah.

          Lia, adik Ryan, yang sudah lama menagih dibelikan jam wekker oleh kakaknya itu sangat senang ketika Ryan memberinya.. Tak lupa, Ryan juga membelikan baterainya agar jam itu bisa berfungsi. Lia lalu mengatur jam alarmnya sesuai yang ia inginkan. Ia meletakkan jam tersebut tepat di meja di samping tempat tidurnya.

          Saat malam tiba, Lia merasa sulit tidur. Dentangan jarum jam terdengar sangat mengganggunya, hingga akhirnya pukul 2.00 AM , Lia mengetuk kamar Ryan untuk tidur di kamarnya. Ryan yang saat itu belum tidur mempersilakan adik kesayangannya untuk tidur di kamarnya. “Kenapa, Dik?” tanya Ryan sambil membaca buku komik. “Gak bisa tidur, Kak. Suara jarum jamnya berisik.” jawab Lia sambil menarik selimut. “Ya tinggal dicabut saja baterainya biar gak berisik.” Lia tidak menjawab, ia sudah tertidur pulas.

         Tepat ketika Ryan ingin memejamkan matanya, ia mendengar suara jarum jam yang tadinya tidak ia dengar. Suara itu terdengar seperti berada di depan pintu kamarnya. Tanpa pikir panjang, Ryan segera keluar kamar dan ternyata ia menemukan jam wekker adiknya di lantai di depan pintu kamarnya. “Ah, si Lia ceroboh, ia pindah kamar tadi mengigau ya bawa-bawa jamnya ke depan pintu.” celotehnya sambil meletakkan jam itu kembali ke kamar adiknya, lalu kembali ke kamar.

         Tak sampai 10 menit Ryan memejamkan matanya, suara itu terdengar lagi. Ryan mencoba tidak menghiraukannya. Namun lama-lama suara itu terdengar semakin keras dan Ryan merasa sangat terganggu. Akhirnya Ryan keluar kamar dan betapa terkejutnya ia ketika melihat jam wekker itu ada di depan pintu kamarnya lagi. Dada Ryan tetiba berdegup kencang, ia merasa ada yang tidak beres. Akhirnya Ryan memutuskan untuk mencabut baterainya, dan meletakkannya di dapur, di tempat yang lebih jauh dari kamarnya. Lalu Ryan berlari kecil menuju kamarnya.

           Ryan menutup pintu kamarnya, lalu bergegas untuk tidur. Lagi-lagi, tepat saat Ryan memejamkan matanya, ia mendengar suara jam itu lagi. Namun, kali ini bukan suara jarum jam, tetapi suara alarm jam wekker tersebut. Sontak Ryan sangat kaget karena ia ingat jelas tak lama sebelumnya ia telah mencabut baterai jam tersebut. Ryan terus mencoba untuk membangunkan adiknya karena merasa ketakutan. Lia sama sekali tidak merespon, dan terlihat sangat lelap.

           Ryan melihat ke jam dindingnya dan saat itu waktu menunjukkan pukul 3.45 AM. Ia menunggu sekitar 2 menit namun suara itu tak kunjung berhenti, malah suara tersebut semakin terasa kencang seperti menghampiri ke arah kamar Ryan. Ryan sangat ketakutan namun akhirnya ia nekat memberanikan diri untuk membuka pintu kamarnya. Tepat saat pintu kamar terbuka, suara tersebut langsung hilang. Namun ketika Ryan menutupnya, suara itu kembali lagi. Hal itu terus berulang-ulang kali terjadi hingga akhirnya saat subuh tiba, semua kejadian aneh itu berhenti. Ryan yang tampak pucat akhirnya merasa sedikit lega dan berusaha untuk tidur mengistirahatkan badannya yang siaga semalaman.

          Pada siang harinya, Ryan menceritakan kejadian tersebut kepada keluarganya namun tak ada yang mempercayainya. Tidak ada orang rumah yang mendengar suara alarm tersebut. Bahkan Lia juga tidak merasa kalau Ryan berulangkali membangunkannya. Akhirnya Ryan memutuskan untuk menangani hal ini sendiri. Ia membuang jam wekker tersebut ke tempat sampah di luar rumah dan menjanjikan Lia untuk membelikannya jam yang baru.

          Saat malam tiba, Ryan merasa tenang karena ia pikir hal itu tidak akan terulang lagi, sebab jamnya sudah ia buang. Namun, ternyata Ryan salah. Tepat pukul 3.45 AM alarm itu berbunyi. Awalnya suaranya terdengar jauh, namun semakin lama suara tersebut merambat seperti menghampiri ke arah kamar Ryan. Jantung Ryan berdegup kencang, badannya berkeringat dingin, ia mencoba memjamkan matanya dan berusaha tidak menghiraukannya. Lalu suara itu semakin kencang dan semakin kencang, Ryan ingin berteriak namun suaranya tertahan. Akhirnya Ryan membulatkan tekad untuk keluar kamar untuk membangunkan adiknya. Ketika Ryan membuka pintu kamar, ia melihat sosok perempuan berambut panjang, wajahnya amat pucat dengan pakaian putih seperti piama. Matanya menatap Ryan dengan tajam. Ryan mematung, jantungnya serasa ingin copot. Tak lama kemudian, ia tak sadarkan diri.

         Setelah kejadian itu, keluarga Ryan akhirnya mempercayainya. Ia, bersama sang adik memutuskan untuk mengembalikan jam tersebut ke toko asalnya. Ryan datang di saat yang tepat. Ketika Ryan dan Lia tiba, sang pemilik toko ternyata sedang mengemas barang-barangnya untuk pindah. Ryan langsung menghampiri pria si pemilik toko.

        “Maaf, Pak. Beberapa hari yang lalu saya membeli jam ini. Tapi, saya mau mengembalikannya. Karena....” “Alarm itu terus berbunyi, ya?” belum selesai Ryan menyelesaikan omongannya, Rina langsung menyambung perkataannya. “Kami minta maaf ya, Mas kalau ada hal-hal tidak enak yang terjadi.” ucap Rina sambil mengambil jam wekker dari tangan Ryan. “Tapi itu tidak mung...” kata pria itu dengan wajah tidak percaya “Sudahlah, Pak. Sudah jelas kejadian itu menimpanya juga.” kata anak perempuannya yang berusaha tenang. Lalu ia menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa kejadian-kejadian mengerikan itu muncul.

          Beberapa bulan yang lalu, Rani, kakak Rina, ditemukan tewas bunuh diri karena overdosis obat-obatan. Penyelidik mengatakan ini adalah kasus bunuh diri karena tidak mungkin Rani tidak mengetahui kadar dosis obat-obatan yang ia minum, karena ia adalah seorang apoteker yang pintar. Selain itu, ditemukan pula surat permintaan maaf disampingnya. Hubungannya dengan jam wekker itu yaitu sebelum Rani meninggal, ia sudah mengatur jam alarmnya untuk berbunyi tepat disaat nyawanya sudah melayang. Ia sudah mengatur waktu kapan ia ingin ditemukan dalam kondisi naas seperti itu, yaitu pukul 03.45 AM. Motif bunuh diri Rani masih belum diketahui. Setelah kematiannya, selama berbulan-bulan jam tersebut terus berbunyi di jam yang sama. Hingga akhirnya keluarganya memutuskan untuk menjualnya. Tetapi, kejadiannya tetap sama, dan malah menimpa si pembeli. Ryan dan Lia kini mengerti. Ryan juga tidak meminta uangnya kembali.

         Ketika malam tiba, Ryan berusaha untuk menepis kisah dibalik jam wekker tersebut dari pikirannya. Ryan kini merasa lega karena ia pikir ia sekarang bisa tidur dengan nyaman dan pulas. Namun, saat jarum jam berdentang pukul 03.45 AM, alarm itu kembali berbunyi, terus menerus, dan semakin kencang. Hingga saat ini, telinga Ryan semakin terbiasa dengan bunyi tersebut.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Secercah Kisah di Balik Gerobak Jus Buah Pak Karim